Pendahuluan
Maraknya persaingan ekonomi global, menyeret berbagai Negara di kawasan Asia untuk memperkuat basis kerjasama ekonominya. Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, tak terkecuali, dituntut untuk terus dapat meningkatkan dan mempercepat proses perdagangan regional. Investasi di kawasan ASEAN meningkat pesat mencapai 52,4 miliar dollar AS pada 2006, naik dari 41 milliar dollar AS pada 2005 (Kompas, 24/08/07), peningkatan angka yang pesat itu merupakan sinyal bahwa kawasan ASEAN mempunyai potensi perdagangan dan investasi yang besar saat ini.
Maraknya persaingan ekonomi global, menyeret berbagai Negara di kawasan Asia untuk memperkuat basis kerjasama ekonominya. Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, tak terkecuali, dituntut untuk terus dapat meningkatkan dan mempercepat proses perdagangan regional. Investasi di kawasan ASEAN meningkat pesat mencapai 52,4 miliar dollar AS pada 2006, naik dari 41 milliar dollar AS pada 2005 (Kompas, 24/08/07), peningkatan angka yang pesat itu merupakan sinyal bahwa kawasan ASEAN mempunyai potensi perdagangan dan investasi yang besar saat ini.
Tuntutan globalisasi dan perdagangan internasional yang borderless mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk menggandeng kawasan asia lainnya untuk turut serta dalam kerjasama perdagangan ekonomi. Asia Timur menjadi pilihan yang tepat untuk diajak bergabung karena secara geografis posisinya lebih dekat dengan kawasan ASEAN selain itu juga negara-negara di ASIA Timur seperti Jepang, Korea, dan China saat ini dominasi investasinya lebih dominan dibandingkan dengan Negara lain serta telah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN. Namun, masih banyak persoalan yang harus dibenahi dalam tubuh ASEAN sendiri seperti yang telah dinyatakan oleh Sekjen ASEAN Ong Keng Yong tahun lalu, bahwa ASEAN sudah memiliki sejumlah perjanjian, tetapi pelaksanaannya berlangsung sangat lamban dan begitu berliku-liku, (Kompas, 24/08/07). Kerjasama ASEAN dengan negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Korea dan China harus ditingkatkan, karena merupakan mitra strategis dalam kerjasama ekonomi kawasan.
Pembahasan
Berbagai macam kesepakatan yang berkaitan dengan kebijakan non-tarif dan tindakan pengamanan (emergency and safeguard measures), guna melanggengkan kerjasama harus dilakukan agar investasi berjalan lancar tanpa hambatan di Negara-negara ASEAN. Bagi negara-negara Asia Timur, birokrasi yang baik dan faktor keamanan menjadi syarat utama investasi berkaitan dengan isu terorisme yang sempat menggoncangkan perekonomian di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2002 dan menyebabkan mandeknya investasi asing ke kawasan ASEAN.
Secara historis Negara-negara Asia Timur sudah sejak lama berinvestasi di Negara-Negara Asia Tenggara dan memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi negera-negara anggota ASEAN, loyalitas serta kepercayaan berbisnis tidak perlu dipertanyakan sebut saja: Malaysia, Indonesia, Brunei Darrusalam, Singapore, Thailand, dan Vietnam. Negara-negara tersebut secara bilateral telah lama melakukan kerjasama dengan Negara-negara Asia Timur secara bertahap, sehingga angka perdagangan terus meningkat. Sebagai contoh, Indonesia saat ini menjalin kerjasama dengan Negara Asia Timur, yaitu Jepang, dalam naskah Persetujuan Kemitraan Ekonomi RI-Jepang (Economic Partnership Agreement/EPA) pada 20 Agustus 2007 lalu.
Namun, perlu disadari oleh Negara-negara anggota ASEAN bahwa perlu adanya peningkatan kapasitas institusi (Capacity Building) dalam tubuh ASEAN, kemitraan strategis dengan Negara-negara Asia Timur haruslah berbanding lurus dengan kapasitas insitusi yang kokoh guna mendukung penguatan kawasan ASEAN. Kemitraan strategis ini harus dapat meluncurkan berbagai kebijakan dan tindakan nyata guna mengurangi kesenjangan ekonomi antar negara-negara anggota ASEAN. Penguatan Kawasan Asia Tenggara dengan Asia Timur jangan sampai mengorbankan kebutuhan untuk penguatan kerja sama regional yang sedang diinisiasi ASEAN karena dua dimensi ini tidaklah terpisah tetapi justru saling terkait.
Meski Negara-negara di kawasan Asia Timur merupakan mitra dagang yang lebih “akrab” dan terbesar di kawasan ASEAN, tetapi jangan sampai terjadi ketergantungan dengan Negara-negara Asia Timur. Negara-negara anggota harus dapat memetik pelajaran dari krisis ekonomi 1998 yang pada saat itu negara-negara di kawasan Asia Tenggara ditinggalkan begitu saja oleh para investornya yang menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan dan tak kunjung usai, sebaliknya dengan adanya kemitraan strategis ini dapat memperkokoh dan menciptakan kemandirian bagi Negara-negara ASEAN sehingga ASEAN mampu menjadi kompetitor bagi kawasan Asia lainnya bahkan dapat menjadi kekuatan baru dalam perdagangan dunia internasional.
Komitmen dalam bekerja sama sangat penting untuk menarik minat investor Negara-negara di kawasan Asia Timur melalui penghapusan/penurunan tarif bea masuk: fast track, bertahap dan pengecualian (exclusion) serta tindakan pengamanan (emergency safeguard measures) untuk mencegah kemungkinan dampak negatif terhadap industri domestik di Negara-negara ASEAN. Bagi kawasan Asia Timur terbukanya pasar bagi ekspor barang dan jasa dari Negara-Negara ASEAN dan peluang bisnis yang dihasilkan mencapai angka yang cukup menjanjikan.
Perdagangan di kedua kawasan mempunyai potensi untuk dikembangkan karena dalam konteks comparative advantage atau perbandingan kebutuhan di kedua kawasan sangat cocok. Jika dilihat lebih dalam, Negara-Negara di Asia Timur adalah Negara-negara yang mempunyai orientasi pengembangan industri yang kuat dan berpengalaman sebaliknya Negara-negara di kawasan Asia Tenggara sebagian besar sangat membutuhkan pengembangan kapasitas industri yang besar, sehingga mampu mendorong produktifitas kapasitas produksi dalam negeri untuk meningkatkan daya saing. Pilar kerja sama pengembangan industri inilah yang menjadi penting bagi Negara-negara Asia Tenggara.
Kemudian, lebih jauh lagi Asia Timur mempunyai jaringan produksi yang luas dan menjanjikan sehingga ASEAN dapat mengambil pengetahuan dari proses transformasi yang berlangsung, alih teknologi, keterampilan sumber daya manusia serta investasi merupakan keuntungan yang sangat berharga bagi Negara-negara berkembang seperti ASEAN.
Kekuatan ekonomi ASEAN yang selama ini tidak mampu berkompetisi dengan dunia perdagangan internasional telah membentuk image di dunia internasional. Pembangunan perdagangan antara dua kawasan tersebut membuka peluang bagi ASEAN untuk bergabung dengan dunia perdagangan internasional. Melalui program tersebut, Negara-Negara ASEAN dapat meningkatkan daya tawar dalam ekonomi dan politik internasional. Hal yang tak kalah penting adalah permasalahan ekonomi di Negara-negara ASEAN yang selama ini belum terselesaikan secara mendasar, kerjasama perdagangan dua kawasan tersebut dapat membantu mengatasi masalah ekonomi secara berkelanjutan sehingga dapat mencapai bagian dari Plan of Actions (PoA) ASEAN sampai dengan tahun 2020 yaitu untuk mencapai kesejahteraan bersama anggota ASEAN.
Sesuai dengan Visi ASEAN ketika berdiri yang mempunyai tujuan “ASEAN as a concert of south-east Asian nations, outward looking, living in peace, stability and properity, bonded together in partnership in dynamic development and in a community of caring societies” (analisis CSIS vol 3 no 4 tahun 2004).
Catatan Akhir
Visi ASEAN telah memberikan tujuan bersama di dalam kerja sama politik dan keamanan yang lebih luas, integrasi ekonomi yang lebih erat, serta hubungan antar masyarakat ASEAN yang lebih erat berdasarkan sejarah, warisan budaya dan identitas bersama. Visi ini tetap mempertahankan stabilitas dan perdagangan Asia Tenggara sebagai penopang pembangunan nasional masing-masing anggotanya secara integratif.
Kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia Timur, seperti Jepang, China dan Korea, merupakan kesempatan bagi negara-negara anggota ASEAN untuk memperluas pangsa perdagangannya dan yang lebih penting untuk meningkatkan kesejahteraan bersama sesama anggota ASEAN. Melalui kerjasama perekonomian ini, integrasi ekonomi yang kokoh dalam dunia perdagangan internasional antara ASEAN dengan Negara-negara Asia Timur diharapkan dapat terwujud.
Referensi
Petras, J. And H. Veltmeyer. 2001. Globalization Unmasked: Imperialisme in the 21 st Century. Zed Books Ltd. United Kingdom.
Jurnal Analisis CSIS. No. 3 Tahun 2002
Jurnal Analisis CSIS Vol.33 No. 3. Tahun 2004
Jurnal Analisis CSIS. Vol. 33 No.4. Tahun 2004.
Harian KOMPAS, 24 Agustus 2007
hallo,
ReplyDeletesalam kenal ya, thanks ya buat postnya,, berguna banget buat gw dalam nyelesain tulisan gw.
thanks ya