"Miracle of Love by Inspiring Couple"
Dikutip dari:
Catatan:
Mbak Aan, Mohon Izin saya copy tulisannya di blog saya, saya terinspirsai banyak hal setelah membaca Tulisan Mbak.... Semoga dapat menginspirasi orang-orang yang kenal dan mau mengenal saya lewat blog ini... Terimakasih...
Nama the inspiring couple ini adalah Mbak Dian dan Mas Eko. Saya menjuluki mereka begitu karena keduanya sangat menginspirasi banyak orang melalui buku yang baru saja diluncurkan yang berjudul: Miracle of Love. Saya beruntung, alhamdulilah, bisa mengenal mereka cukup dekat selama tiga tahun terakhir – saya mengisi sebagian waktu senggang saya dengan menjadi volunteer di yayasan yang mereka dirikan: Yayasan Syamsi Dhuha – Syamsi Dhuha Foundation.
Banyak kegiatan yang dilakukan yayasan nirlaba ini. Tapi dua hal yang menonjol adalah Care for Lupus dan care for Low Vision, dua kondisi (lupus dan low vision) yang dialami mbak dian selama ini.
Lupus adalah suatu penyakit autoimun yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Secara gampang, lupus ini adalah satpam yang seharusnya menjaga rumah majikan tetapi justru melakukan pencurian di rumah majikannya. Kalo mau dipaksa-paksain, Lupus ini berkebalikan dengan HIV/AIDS. Kalo mereka yang kena HIV?AIDS kekebalan tubuhnya menurun, sementara Odapus (orang dengan Lupus) malah kelebihan banget. Sampai saat ini belum ditemukan penyebabnya sekaligus juga obatnya. Yang dilakukan adalah mengeliminasi bagian tubuh atau organ yang diserang.
Low vision adalah suatu keadaan ketika luas pandang seseorang menjadi terbatas. Ia bisa melihat, tetapi dalam kondisi yang sangat terbatas. Mbak Dian adalah seorang low vision dengan kemampuan penglihatannya hanya 5 persen saja. Kebanyakan mereka yang low vision kerap secara serampangan dikategorikan buta total.
Apa sih hebatnya mereka berdua? Sebagai pasangan, mereka saling mendukung. Mas Eko P Pratomo adalah Dirut PT Fortis Investments, perusahaan sekuritas terkemuka di Indonesia, yang sebagian waktu kerjanya adalah menghadiri berbagai meeting di berbagai belahan dunia. Seorang businessman yang andal di bidangnya.
Sementara mbak Dian Syarief, sebelum Lupus menjadi bagian dari hidupnya sejak sekitar 10 tahun silam, adalah manajer Public Relation (PR) Bank Bali. Namun sejak mengidap ‘penyakit seribu wajah’ itu dan harus menjalani berbagai macam operasi untuk menyelamatkan hidupnya, otomatis pekerjaan itu ditinggalkannya. Kini, sebagian besar waktu mbak Dian diabdikan untuk yayasan yang didirikan dengan suaminya tercinta. Kantor pusat yayasan ini di Bandung.
Suami tercinta? Ya..tentu saja, mas Eko adalah seorang suami yang sangat peduli dan sayang pada istrinya. Ia telah berjanji untuk menghabiskan sisa hidupnya untuk menjaga dan merawat mbak Dian -- perempuan yang dinikahinya sekitar 17 tahun silam, meskipun tak akan pernah memberinya seorang anak kandung. Perempuan cantik yang berpenglihatan terbatas.
Padahal, jika Mas Eko mau, ia bisa menikah lagi – agama mengizinkan seorang lelaki menikah lagi karena istrinya sakit. Mbak Dian pun pernah menawari mas Eko -- yang penampilannya pun membuat kesengsem salah satu majalah perempuan dan menawarinya untuk menjadi model majalah tersebut -- untuk menikah lagi, setelah mbak Dian diketahui tak mungkin melahirkan seorang anak dari rahimnya. Tapi Mas Eko mengatakan, ia memilih untuk mendampingi Mbak Dian yang harus minum obat terus-menerus sepanjang hidupnya sebab hingga kini Lupus tak diketahui obatnya dan selalu menjadi ‘’mata’’ buat Mbak Dian.
Beberapa kali, saya bersama mereka dalam waktu yang cukup lama, seharian. Saya melihat sendiri bagaimana perlakuan Mas Eko pada Mbak Dian. Saya mengatakan, Mas Eko adalah lelaki yang luar biasa.. hanya kesalehan sosial yang tinggi yang membuatnya bisa berbuat seperti itu.. Hanya lelaki yang hatinya tertambat kepada Allah sajalah yang mampu melakukan kesetiaan seperti itu.
Tetapi jangan salah. Yang hebat tak cuma Mas Eko. Dalam persepsi saya, Mbak Dian pun tak kalah hebat. Dialah yang menjadi inspirasi saya untuk kemudian menjadi volunteer di Syamsi Dhuha Foundation (SDF). Mengapa? Sebab mbak Dian yang hanya bisa melihat siluet orang (tanpa tahu wajahnya seperti apa), dan yang kerap harus keluar masuk rumah sakit atau terkapar di tempat tidur saat Lupus menyerang, begitu bersemangat membagi ilmu dan berbagi kebahagiaan buat orang lain. Saya berpikir sendiri, kok saya yang sehat, tak bisa? Padahal saya punya waktu.. kalau saya mau..
Bahkan saya sempat merasa heran, ketika pertama kali mengenal mbak Dian lebih dekat. Mbak Dian bilang, hobinya memasak. Saya pikir-pikir, mana bisa mbak dian memasak? Membedakan saya dengan teman saya saja, mbak dian tidak bisa kok…
Setiap kali saya dan beberapa teman berkumpul bersama, mbak dian akan menebar senyum, mengulurkan tangan dan pasti bertanya, ‘’Assalamualaikum.. ini siapa?’’ karena ia bisa mengenali kami jika kami bersuara. Kalau hanya melihat postur tubuh, dia tak bisa sebab sekali lagi yang dilihatnya hanya siluet. Lha ini, kok masak? Bagaimana dia bisa membedakan bumbu ini dan itu? bagaimana dia bisa mengetahui bahwa kue atau sayur yang dibuatnya sudah matang?
Ternyata, ada trik khusus yang sudah dipelajari. Sederhananya, mbak Dian pernah bercerita pada saya. ‘’Masakan yang sudah matang dan belum bisa diketahui dari tingkat kepanasan masakan tersebut,’’ katanya. Haduhhh, ampun deh.. saya nggak ngerti.. nggak bisa membayangkan, tetapi sekaligus saya salut pada kerja keras dan semangat belajar mbak Dian. Jadi,
Di luar itu, Mbak Dian adalah istri yang sangat mencintai suaminya. Ia patuh dan hormat pada Mas Eko. Sesuatu yang membuat lelaki merasa nyaman bukan? Merasa dihargai dan diperlukan…
Selain itu, ini sebuah rahasia..:D ternyata sebelum Mbak Dian sakit, Mas Eko sudah terlebih dulu ‘sakit’. Menurut Mas Eko, dalam sebuah perbincangan untuk wawancara dengan saya, ada suatu masa ketika Mas Eko merasa seperti tak tahu tujuan hidup dan hampa. ‘’Saya bekerja, tapi saya bertanya, untuk apa saya kerja? Saya merasa bosan dengan semua hal,’’ kira-kira seperti itu yang diucapkan Mas Eko pada saya. Di saat seperti itu, Mbak Dian-lah yang menjadi penyemangat hidup Mas Eko..
Mbak Dian-lah yang membangkitkan semangat mas Eko dan terus mendukung Mas Eko sehingga Mas Eko bisa mengatasi persoalannya itu. Karena itu, Mas Eko sangat mencintai Mbak Dian..
Karena itu pula, mereka saling mendukung seperti yang kita lihat saat ini…
Ada sebuah kisah, yang mengharukan saya. Seorang sahabat volunteer di yayasan, menikah. Mbak Dian pun – yang ternyata ketika kuliah pernah menjadi penyiar radio di Bandung – menjadi MC di acara tersebut. ‘’Coba An, baru loh dalam sejarah, ada MC yang nggak bisa liat,’’ ujar mbak Dian dengan tawa berderai kepada saya yang menatapnya seraya membayangkan bagaimana itu bisa terjadi.
Mbak Dian membuka rahasianya… ‘’Aku dibisikin sama Mas Eko. Dia jadi mata buat aku,’’ ungkap Mbak Dian, saya tersenyum mendengarnya. ‘’Jadi pas penganten pria datang, Mas Eko bisikin aku.. ‘penganten pria dah nyampe’.. gitu aja semuanya.. aku ngomong aja, sesuai dengan informasi dari Mas Eko,’’ katanya terbahak. Subhanallah…
Lalu, Mbak Dian bilang, ‘’An, aku udah sukses nih jadi MC pernikahan. Jadi nanti kalo kamu nikah, tenang.. udah ada MC-nya.’’ Saya senang mendengarnya.. saya sangat berharap saat itu segera tiba. Tapi ketika saya menikah, hampir setahun kemudian, ternyaa Mbak Dian sedang sakit.. berbulan-bulan sakitnya. Tak mengapa mbak, toh niat baiknya sudah dicatat Allah..
Memang Lupus adalah suatu penyakit yang datangnya tidak diduga. Ada beberapa indikasi gejala Lupus, tetapi banyak yang kerap abai dengan hal tersebut. Bahkan yang mengidap Lupus pun kerap lupa kalo dirinya Lupus.. Saat sehat, saat Lupus tak aktif, seorang Odapus akan terlihat seperti mereka yang sehat wal afiat.
Yayasan yang didirikan oleh Mas Eko dan Mbak Dian ini, Syamsi Dhuha Foundation (SDF) adalah yayasan yang mereka dirikan demi berkhidmat kepada sesama. Setiap kali mengadakan acara, meskipun tetap mencari sponsor, tetapi mayoritas dana disiapkan oleh mereka berdua. Suatu ketika, ada seorang yang bertanya kepada mbak dian, ‘’Kalo mengadakan kegiatan seperti hari lupus sedunia, dananya dari mana?’’ Mbak dian mengaku bingung menjawabnya… ‘’Dari mana ya? Ya pokoknya ada aja.. kita sih kalo udah niat untuk bikin acara yang diusahakan untuk bisa jalan. Ada nggak ada dana… nggak mungkin kalo nggak ada dana trus kita nggak jadi..,’’ kata Mbak Dian.
Jawaban itu seolah sesuatu yang menohok sebagian orang, sebab faktanya memang banyak pihak yang menyelenggarakan acara dengan catatan dananya ada. Kalo dananya nggak ada ya nggak jadi bikin acara. Sementara mbak dian dan mas eko justru sebaliknya, tentu saja acara yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan dana yang mereka miliki.
Yayasan ini memfasilitasi pada Odapus dan sahabat Lovi (low vision) sehingga bisa mengakses lebih banyak kesempatan untuk menikmati hidup mereka. Para Odapus, dibantu untuk mendapatkan diskon saat menebus obat di apotek atau dirawat di RS tertentu di Bandung. Kegiatan yang lain adalah tafakuran, sebagai spiritual healing, dan beragam kegiatan lainnya. Yang poinnya adalah berbagi sehingga Odapus dan sahabat Lovi tidak merasa sendirian. Pendekatan yang dilakukan memang lebih banyak pendekatan agama.
Yayasan ini memang basisnya di Bandung sebab mbak Dian lebih banyak beraktivitas di Bandung. Konon, udara bandung lebih cocok untuk Mbak Dian ketimbang Jakarta. Sedangkan untuk para Lovi, selama ini mereka kerap kurang mendapat perhatian dari pihak manapun. Orang yang lovi sebenarnya tidak buta, sebab mereka masih bisa melihat meskipun terbatas penglihatannya.
Inilah yang antara lain diperjuangkan yayasan.. sosialisasi dan edukasi mengenai lupus, yang menyerang perempuan dan lelaki di usia produktif.. Lupus menjadi lebih ‘parah’ ketika dokter tidak memahaminya.. sehingga salah diagnosis. Karena itu edukasi mngenai lupus ini perlu terus disebarkan…
Melalui buku Miracle of Love (yang diluncurkan Januari lalu), kita bisa memperoleh informasi lebih jelas dan detail mengenai Mbak Dian dan Mas Eko, kekuatan cinta mereka yang berlandaskan kecintaan kepada Allah juga. Tak cuma itu, keuntungan bersih dari penjualan buku ini, didedikasikan untuk yayasan syamsi dhuha yang nota bene, adalah untuk membantu para Odapus dan sahabat Lovi.
Satu hal, baik mbak dian dan mas eko, saling berwasiat bahwa siapapun yang meninggal terlebih dulu, maka yang masih hidup akan melanjutkan yayasan tersebut. ‘’karena yayasan ini menjadi wakaf bagi kami,’’ kata mbak dian. Jika Anda merasa tercerahkan atau mendapatkan sesuatu dari cerita saya, tolong forwardkan posting ini kepada teman, kerabat, saudara, sahabat dan semua kenalan Anda.. dan jika Anda ingin berkhidmat untuk membantu, belilah buku ‘Miracle of Love’ yang insya allah isinya menyentuh..
Buku tipis itu, tak seberapa harganya jika dibandingkan dengan niat baik Anda untuk membantu.. atas nama cinta kepada sesama.. Untuk waktu anda membaca posting ini, untuk waktu anda memforward posting ini.. saya mengucapkan terima kasih.. Insya Allah, semua itu akan dicatat sebagai kebaikan yang kita lakukan,.. wallahu alam...
Care for Lupus, your caring saves live
Low Vision, Care and Share
Jakarta, 29 Februari 2008
(Catatan kecil mengenai dua orang yang sudah saya anggap seperi kakak saya sendiri)
goods story.... :), saya jadi inga temen kuliah yang kena LUPUS, and temenya tiap hari kalau masuk kuliah ambil jam malam, kalau siang ndak brani keluar.
ReplyDeleteym id : ndicae
loc : magelang
buat yang punya blog boleh ndak aku menjalin persaudaraan dengan anda, ya itung² nambah temen :). hiks..hiks...hiks...
ReplyDeleteym id : ndicae
assalamualaikum, mas budi utomo salam kenal,buku miracle of love nya masih ada ga sekarang,saya ingin pesan 2 buah buku itu, terima kasih
ReplyDeletekontak saya
mimiaham@gmail.com
081806044500
hilmi