Sunday, August 10, 2008

Serba Serbi Pilwalkot Bandung

Hari ini, Minggu 10 Agustus 2008, aku menggunakan hak pilih ku sebagai warga kota yang "baik" dalam menentukan pemimpin Kota Bandung 5 tahun yang akan datang. Diantara tiga pasang kandidat Walikota dan Wakil Walikota Bandung --yang semuanya memiliki visi dan misi yang bagus-- aku sudah menjatuhkan pilihan pada satu pasang kandidat beberapa hari sebelumnya, tepatnya setelah melihat debat Kandidat (lewat TV) yang diselenggarakan di Hotel Horison Bandung.

Sebelum menuju ke TPS-ku di bilangan Sulanjana (dimana aku harus mencoblos, red), aku meluangkan waktu sejenak untuk "meninjau" TPS di dekat kampus ku (PPs FISIP Unpad). Sekitar jam 10.15 BBWI aku sampai di sana, aku ambil gambar sana-sini, lantas aku berbincang dengan petugas dan ternyata warga yang telah menggunakan hak pilihnya baru 24 orang dari sekitar 300an orang yang terdaftar sebagai pemilih. Bayangkan, sudah jam 10.15, baru 24 orang yang menggunakan hak pilihnya. Aku berharap, semoga warga lainnya yang sudah memiliki hak pilih dan terdaftar dapat menggunakan hak pilihnya pada sisa waktu, kalau tidak, bakalan banyak yang golput di TPS ini nih pikirku.

Sekitar jam 11.28, aku meluncur ke Sulanjana, jam 12.03 aku sampai di TPS 03. Ambil kartu, serahkan ke petugas, isi absen dan aku berada di urutan 47. Aku semakin heran, sudah jam 12.03 baru 47 orang yang menggunakan hak pilihnya. Harapanku tetap sama, semoga orang yang sudah memiliki hak pilih dan terdaftar dapat menggunakan hak pilihnya dan tidak golput, tidak memilih atau apapun alasannya.

Sebagai warga kota yang menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik, seharusnya kita juga turut andil dalam menentukan masa depan kota melalui partisipasi kita dalam Pilwalkot ini. Memilih pemimpin, seperti bunyi sebuah iklan, memang bukan coba-coba. Oleh sebab itu, jauh-jauh hari seharusnya kita dapat dan mampu merekam setiap jejak dan langkah para kandidat melalui kampanyenya, misalnya.

Banyak orang yang "tidak" menggunakan hak pilihnya berujar, "mau ini atau itu yang menang sama saja, tidak ada perubahan", atau "percuma juga milih, paling begitu-begitu saja, tidak ada pengaruh yang signifikan bagi kehidupan saya". Atau, "mau milih atau ngga, itu kan sikap politik saya dan sah".

Secara teori, golput memang sah. Ada berbagai macam alasan yang melatarbelakangi golput, misalnya ada yang tidak terdaftar lah, sedang ke luar kota lah, sakit, dan sebagainya. Namun yang paling parah menurut saya adalah ketika kita terdaftar, sehat, ada waktu untuk memilih dan ternyata tidak menggunakan hak pilih karena alasan "percuma milih juga, paling begitu-begitu saja akhirnya". Orang yang demikian ingin "kehidupan" yang lebih baik namun tidak mau ambil resiko dalam berkeputusan, bagi saya itu "tidak benar" dan saya tak akan.



Tetanggaku di Sulanjana menjadi petugas bagian Tinta, sabar ya Pak, "dagangannya" kurang laku rupanya hehhehee...

Salah seorang pemilih di Sulanjana sedang menandai jarinya dengan tinta pemilu agar ga nyoblos lagi di lain tempat... :)


Pemilih di Sulanjana sedang memasukkan kertas suara ke kotak suara.... :)


Bilik suara tempat aku Nyoblos sampeyan Kang...


Salah seorang petugas di TPS dekat Kampus PPs FISIP Unpad (di taman Tea House nih tepatnya).


Pemilih menunggu giliran nyoblos di TPS dekat Kampus PPs FISIP Unpad (di taman Tea House juga nih tepatnya).

Si Abah bergaya dekat Poster Kandidat, katanya "Kang, foto-in saya dong, siapa tahu masuk koran.. huehehehehehe.... Koran mane Pak..."

1 comment:

  1. wah mas, saya golput tampaknya..
    *jangan dicontoh*

    ReplyDelete

DPRD KABUPATEN PELALAWAN
SIAK SRI INDRAPURA