Thursday, August 28, 2008

Ulang Tahun di Masa Senja dan Pertemuan

Selepas Maghrib tadi, kami (Aku, Pak IS, Imajiner Pak IH, Pak HH, Pak RP, Ibu IM dan Pak WS) menghadiri Pengajian - Ulang Tahun salah satu kolega kami di seputaran Jalan Anggrek Bandung. Sebuah Pengajian yang menjadi rangkaian acara Ulang Tahun dikemas dengan sangat baik dan cukup sederhana. Namun, sedikit masalah dalam pengajian tersebut adalah ketika aku tidak kebagian buku (yang berisi surat-surat Al-Quran yang sedang di baca), karena datang terlambat dan tetamu yang begitu banyak hingga aku ga ngerti yang di baca itu apa... Pada akhirnya, aku komat-kamit ga jelas... Maafin aku Pak... :)

Di usia senjanya, kolega kami ini masih tampak membara semangatnya walaupun saat ini sedang dililit oleh masalah yang sangat berat. Pancaran sinar wibawa dan kharisma masih tampak jelas diguratan wajahnya yang kini mulai mengeriput. Air mukanya menandakan bahwa beliau sangat santun dan bersahaja. Tidak dapat disangsikan memang, beliau merupakan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dan disegani di Tatar Pasundan ini. Aku tidak menyangka jika saat ini, tepatnya dalam beberapa bulan belakangan ini, cukup mengenal dekat beliau. Suatu "peristiwa" yang tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku akan mengenal beliau lebih dekat.

Pernah suatu sore, beberapa minggu setelah beliau "pensiun" dan tidak lagi menjabat sebagai orang nomor satu di Tatar Pasundan ini mengirim sms kepada ku dan mengharap aku agar datang besok jam 9 pagi kekediamannya. Karena kebetulan aku sedang santai, aku iyakan ajakan tersebut. Andaipun aku akan ada acara pada besok paginya, kupastikan akan aku batalkan untuk memenuhi ajakannya.

Pertemuan terjadi, aku datang jam 9 persis, dan beliau memuji konsistensi dan ketepatan waktuku (dalam hati, sesuatu yang terbiasa buat aku, GR). Jam 9 pagi beliau tampak sudah rapi tapi santai dengan setelan kaos Polo dan celana Jeans. Perbincangan --tepatnya diskusi-- pun dimulai. Namun, kali ini aku hanya berteori sedikit sekali di hadapan beliau karena setiap aku melontarkan sebuah argumen teoritis, beliau kemudian menimpali dengan pengalaman-pengalaman (empirisnya). Jujur, aku memang masih sangat miskin dengan pengalaman, selama ini yang aku makan hanya teori-teori yang ada di buku. Tetapi, aku bisa membayangkan kira-kira implementasinya seperti apa. Walau demikian, aku cukup bangga dengan berbagai referensi teori yang ada di tempurung kepalaku. Jadi ketika aku berbicara, aku memiliki dasar teoritis. Aku tidak ingin seperti kebanyakan pengamat politik yang berbicara umum-umum saja, artinya, semua orang bisa ngomongin itu dan uniknya dimana kalau setiap orang bisa berargumen hal yang sama.

Pengamat politik jika berbicara dimedia terkadang hanya mengungkapkan hal-hal atau pengetahuan yang umum. Artinya, bukan seorang pengamat politik pun, seperti pedagang, petani, nelayan, bisa ngomong seperti itu. Lantas, yang membuat dia populer apa?? Kesempatan? Ya, tidak semua orang memiliki kesempatan seperti apa yang dimilikinya. Btw, menyimpang nih dari Topik hehehhee....

Pada akhirnya, beliau lebih banyak bercerita tentang kehidupannya dari kecil, sekolah, menjadi PNS dan ditempatkan disebuah daerah terpencil, sampai menjadi orang nomor satu di Tatar Pasundan ini. Sebuah pengalaman hidup yang maha dahsyat yang aku dapatkan dari mulutnya langsung. Diruang kerjanya yang sejuk, aku mencermati dan sesekali memotong untuk menimpali plot cerita tentang kehidupan dirinya yang disajikan.

Bagi ku, selain pemimpin sejati, beliau adalah seorang pemimpi sejati, karena dengan bermimpi ternyata kenyataan menanti diujung hari dengan pasti, asal kita sabar meniti. Alkisah, beliau adalah lulusan pertama sebuah sekolah kedinasan pemerintahan yang ada di Tatar Pasundan ini. Saat itu, entah beberapa puluh tahun yang lalu, semua alumni yang berasal dari Tatar Pasundan dilepas kedaerah-daerah penempatan oleh G di gedung P. Dengan semangat membara, beliau menerima dengan lapang dada ketika kenyataan mengantarkannya harus ditempatkan di daerah terpencil dan terbelakang L, padahal keinginanya ditempatkan di daerah P, atau daerah asalnya. Guna menuju daerah penempatan tersebut, beliau naik bis peninggalan jaman Belanda dan dilanjutkan dengan berjalan kaki.

Saat itu, didepan gedung itu, beliau menatap dalam-dalam seakan-akan menembus dinding-dinding kokoh dan pilar-pilar gedung yang megah itu dan berujar dalam hati "suatu saat aku harus menjadi penghuni gedung P ini dan menjadi orang nomor satu di Tatar Pasundan ini". Dan ternyata, saat itu malaikat melintas dihadapannya dan menebarkan mantra pengukuhan bahwa kelak dirinya memang akan menempati gedung megah P itu sebagai orang nomor satu (Jadi Inget Andrea Hirata saya hehehe).

Setelah lama malang melintang menjadi PNS di L dan sempat ke IJ sekarang P, mimpinya menjadi kenyataan: beliau akhirnya memang benar-benar menempati gedung megah itu. Sebuah perjalanan yang maha panjang dengan mimpi yang menghiasi serta pengabdian yang sepenuh hati telah mengantarkan beliau menjadi sosok yang berpribadi dan santun.

Di usia senjanya kini, aku, yang baru mengenalnya dalam beberapa bulan sangat yakin jika beliau adalah tokoh yang benar-benar berkarakter. Bukan karena beliau kolegaku, bukan karena aku mengenalnya, bukan karena beliau mantan orang nomor satu di Tatar Pasundan ini, tetapi karena kata hatiku beliau apa adanya dan bukan ada apanya. Sejauh ini, aku sangat yakin dengan apa kata hatiku karena, sejauh ini pula, kata hatiku belum pernah salah. Aku tidak hirau apa kata orang tentang beliau terkait kasusnya.

Hingga, selamat Ulang Tahun wahai Pemimpi. Akupun telah memiliki mimpiku sendiri jauh sebelum aku mengenalmu (semoga waktu itu juga ada Malaikat yang melintas di depanku hehehe).. Dan, semoga sisa umurmu memiliki makna yang lebih berarti buat mu, keluarga mu, dan lingkungan mu...

Aku yang Sangat Menghormati mu, Sekarang dan Nanti...

No comments:

Post a Comment

DPRD KABUPATEN PELALAWAN
SIAK SRI INDRAPURA